Thursday, November 27, 2008

Seks Oral Amankah?

Perempuan tidak akan hamil hanya dengan menelan sperma. Tidak pula memiliki efek berbahaya Kecuali, spermanya mengandung bakteri atau virus When a man ejaculates, is it safe to swallow the semen? Ini pertanyaan yang sering diajukan baik laki-laki mau pun perempuan seputar seks oral. Apakah aman bagi perempuan menelan sperma? Bisakah berakibat pada kehamilan? Benarkah melakukan seks oral berisiko terhadap penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS?

Bahwa perempuan tidak bisa hamil hanya dengan menelan sperma, itu sudah jelas. Sebab kehamilan terjadi bila sperma masuk ke rahim melalui vagina dan bertemu dengan sel telur yang siap dibuahi.

Menelan sperma, menurut sejumlah pakar kesehatan, juga tidak berbahaya sepanjang tidak terinfeksi bermacam bakteri dan virus, seperti: virus (HIV) penyebab AIDS (Acquired Immune Dieficiency Syndrome), herpes genital, gonore, genital wart (kutil pada alat kelamin) atau sifilis. Lantas, bagaimana kita tahu pasangan kita tidak terinfeksi virus HIV atau penyakit-penyakit seksual lainnya?

Tentu saja, sulit mengetahui apakah pasangan yang baru Anda kenal mengidap atau telah tertular penyakit-penyakit lewat hubungan seksual (sexually transmitted disease atau STD). Bertanya langsung adalah salah satu cara untuk mengetahuinya. Sulitnya, bisa jadi, pasangan Anda sendiri tidak tahu bahwa ia telah tertular, karena tidak (atau belum) merasakan gejala-gejala atau keluhan tertentu.

Khusus untuk HIV, the Centers for Disease Control and Preventions National Center for HIV, STD, and TB Prevention, menyatakan memang ada sejumlah kasus menunjukkan adanya penularan HIV melalui seks oral yang dilakukan oleh orang yang terinfeksi HIV . Namun, sejauh ini belum ada yang tahu pasti seberapa besar risiko penularan HIV melalui seks oral. Yang pasti, risikonya jauh lebih kecil dibandingkan penularan melalui seks anal atau vaginal, yang dilakukan tanpa pelindung (kondom).

Risiko penularan HIV secara oral sangat rendah kemungkinannya bila hanya melalui seks oral saja-- demikian menurut Richard Rothenberg, M.D salah seorang peneliti di Emory University. "Menurut penelitian, angka penularan HIV melalui seks oral, masih sangat kecil."

Meskipun begitu, risiko terinfeksi pada sejumlah orang --seperti para pekerja seks, laki-laki homoseksual, perempuan lesbian-- bisa jadi sangat tinggi. Tapi bila Anda menjalin hubungan monogami, hanya memiliki satu pasangan seks dan Anda berdua sudah menjalani pemeriksaan dan dinyatakan bebas HIV serta penyakit-penyakit seksual lainnya, maka cukup aman bagi perempuan menelan sperma.

Namun, perempuan harus membuat keputusannya sendiri, apakah mereka mau menelan cairan sperma pasangannya atau tidak. Bagi banyak perempuan, hal ini menyangkut intimasi disamping rasa dan estetika. Bisa jadi, suatu kali perempuan akan menelan sperma pasangannya, tapi kali lain tidak. Seperti halnya rasa, dan bau cairan vagina, yang berubah menuruit siklus dan dietnya, demikian juga rasa dan bau cairan sperma.

Kondom Lateks

Kembali pada masalah penularan berbagai penyakit seksual lewat seks oral tadi, jika Anda dan pasangan Anda belum menjalani pemeriksaan, dan tidak yakin akan kondisi kesehatan Anda saat ini, namun tetap ingin melakukan seks oral
maka sebagaimana hubungan seks lainnya , entah seks anal atau vaginal Anda bisa mempertimbangkan menggunakan kondom selama melakukannya.

Rsiet yang dilakukan oleh the Centers for Disease Control and Preventions National Center for HIV, STD, and TB Prevention menunjukkan kondom lateks sangat efektif untuk mencegah penularan HIV dan penyakit-penyakit seksual lainnya. Kondom sangat ampuh mengurangi risiko penularan virus dan bakteri selama hubungan seks --apa pun jenisnya terutama jika partner Anda terinfeksi. Apalagi, kondom yang diproduksi dibuat bervariasi bahkan dengan berbagai macam rasa, misalnya rasa jeruk dan strawberry.

Penelitian yang dilakukan selama dua tahun di Eropa menunjukkan: pada 245 pasangan yang salah satunya mengidap HIV/AIDS, ternyata pada 124 pasangan yang secara konsisten menggunakan kondom lateks tak satu pun dari partnernya yang kemudian tertular HIV. Sementara pada 121 pasangan yang tidak konsisten menggunakan kondom, 12 dari mereka yang semula negatif (berarti 10 persen) menjadi tertular.

Agar pemakaian kondom efektif tentu saja harus diperhatikan juga konsistensi, cara pemakaian yang benar, dan mutu kondom itu sendiri. Kondom yang menggunakan pelicin minyak menyebabkan lateks mudah rusak dan pecah. Tempat penyimpanan kondom juga harus dijauhkan dari cahaya lampu maupun sinar matahari. Selain itu usia kondom pun perlu diperhatikan, apakah sudah kedaluwarsa atau belum.

Saat ini, kondom lateks berukuran Indonesia sepanjang 52 milimeter itu (berdasarkan survai ukuran rata-rata untuk pria Indonesia) sudah sampai di warung-warung dan supermarket, selain apotek dan toko obat, untuk mempermudah mereka yang menjalankan perilaku risiko tinggi memperolehnya.

Penggunaan kondom di Indonesia sendiri sebagai sarana pencegahan penularan HIV, menurut penelitian, masih sangat rendah. Hanya empat dari 1.000 hubungan seks di Indonesia yang menggunakan kondom di kalangan kelompok umur 15 sampai 49 tahun yang aktif melakukan kegiatan seksual.(kafedago.com)

No comments:

Post a Comment